Penyakit jantung hingga kini masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Sayangnya, selama ini kecenderungan yang terjadi, pasien dengan risiko jantung baru mencari pengobatan atau informasi pada saat sudah terjadi serangan atau gejalanya sudah mulai terasa berat.
Pasien dengan risiko tinggi harus menjaga diri agar tak sampai terjadi serangan jantung. Caranya dengan mengontrol kadar kolesterol dalam darah. Usaha untuk mengendalikan faktor risiko adalah dengan diet, olahraga, dan kepatuhan pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dokter secara berkala serta minum obat secara teratur. Diet dan olah raga adalah cara terpenting. Namun, jika kadar kolesterol terlalu tinggi, maka obat adalah cara selanjutnya yang ditempuh dokter untuk mengobati pasien.
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri, walau seseorang wajib meminum obat untuk mengendalikan kadar kolesterolnya, masih banyak yang tidak mematuhi anjuran penggunaan obat. Alasannya beragam, mulai dari kurangnya pemahaman mengenai penyakit yang diderita, obat yang diminum, hingga masalah harga. Mengapa pasien selalu datang dalam keadaan yang terlambat? Diduga karena rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam mengontrol kesehatannya.
Perlu diketahui, penyakit jantung hingga kini masih menjadi penyebab kematian nomor satu. Angka kematian yang disebabkan serangan jantung di Indonesia mencapai 26-30%, bahkan untuk Jakarta mencapai 42.9%. Sedangkan kadar kolesterol tinggi di Indonesia mencapai 18% dari jumlah penduduk dan sebagian besar dari mereka juga terindikasi penyakit risiko tinggi lainnya, seperti serangan jantung, stroke, diabetes, dan hipertensi.
Namun demikian, menurunkan kadar kolesterol saja seringkali tidak cukup. Yang penting adalah menurunkan risiko kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) akibat penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga menciptakan kualitas hidup yang lebih baik, melalui diet, olahraga, dan kepatuhan.
Sumber: WHO, Preventing Chronic Diseases-A Vital Investment
0 komentar:
Posting Komentar