Kanker tercatat sebagai penyebab kematian paling dominan pada anak-anak usia 3-14 tahun. Sedangkan menurut American Cancer Society, penyebab kematian terbesar pada wanita adalah kanker payudara (19%), kanker paru-paru (19%), serta kanker kolon dan rektum (15%). Sementara pada pria, didominasi oleh kanker paru (34%), kanker kolon dan rektum (12%), serta kanker prostat (10%). Diperkirakan, 80-90% kanker disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan dan makanan.
Energi, protein, zat besi, seng, dan vitamin A diketahui berperan penting dalam mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Defisiensi zat-zat gizi tersebut akan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh dan akhirnya tubuh tidak mampu menahan karsinogenesis (pemicu terjadinya sel kanker).
Dalam studi menggunakan hewan percobaan terbukti bahwa pembatasan makanan tertentu dapat mencegah pertumbuhan berbagai tumor. Teori yang mendasari hal itu ialah dengan pembatasan makanan akan menyebabkan perubahan hormonal di dalam tubuh sehingga proses tumorigenesis (pembentukan tumor) menjadi terhambat. Penyakit tumor terlihat cenderung menimpa hewan percobaan (tikus) yang mempunyai berat badan berlebih akibat terlalu banyak makan.
Makanan yang kaya akan lemak ternyata berkaitan erat dengan munculnya kanker usus dan kanker payudara. Sedangkan kandungan lemak yang rendah dan konsumsi serat yang tinggi, seperti pada pola makan vegetarian, dapat menekan jumlah penderita kanker. Tumorigenesis akan semakin berkembang pada pola makan yang rendah lemak tak jenuh ganda. Lemak tak jenuh, baik tunggal maupun ganda, selama ini dikenal sebagai lemak yang bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung koroner. Bahan nabati seperti kacang-kacangan umumnya kaya akan lemak tak jenuh.
Hormon tertentu diduga ikut bertanggung jawab pada munculnya tumor. Pengeluaran hormon tersebut dipicu oleh konsumsi lemak yang tinggi. Contohnya adalah hormon prolaktin (serum) yang merangsang pertumbuhan tumor, ternyata kadarnya semakin meningkat jika makanan yang kita konsumsi kaya akan kandungan lemak.
Ketika kita memasak daging, terbentuklah senyawa HCA (senyawa amina heterosiklis) yang dipercaya dapat menyebabkan kanker. HCA muncul sebagai reaksi antar protein hewani selama proses pemasakan atau browning. Semakin sedikit HCA yang terbentuk, semakin sehat daging yang kita konsumsi. Namun, banyak orang yang tidak mengerti bahwa cara memasak makanan ternyata sangat mempengaruhi jumlah HCA yang terbentuk. Memanggang daging di dalam oven akan menghasilkan HCA lebih sedikit dibandingkan dengan menggoreng, membakar, atau memanggang di atas kompor yang suhunya tinggi. Sedangkan merebus secara perlahan-lahan dengan panas bertahap, mengukus atau memasak dengan oven, praktis tidak menghasilkan HCA.
Berbagai percobaan pada hewan menunjukkan bahwa HCA berpotensi mengakibatkan kanker usus besar, payudara, pankreas, hati, dan kandung kemih. Studi yang dilakukan New York University Medical Center mengemukakan bahwa wanita yang rajin mengonsumsi daging merah memiliki peluang menderita kanker payudara dua kali lipat dibandingkan mereka yang hanya makan daging unggas dan ikan.
Mengonsumsi daging sebaiknya selalu disertai dengan sayur dan buah sebagai sumber antioksidan. Buah-buahan seperti jeruk, sangat kaya akan vitamin C yang merupakan golongan antioksidan kuat.
0 komentar:
Posting Komentar