Saat tua tiba, mereka yang lanjut usia (lansia) berisiko tinggi mengalami infeksi.
Infeksi yang terjadi adalah bakteria uria asimtomatik dan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Prevalensi ISK adalah 35,6% (perempuan 42,1%, pria 27,7%) dari populasi lansia yang datang ke RSCM (untuk rawat inap dan rawat jalan).
Infeksi yang terjadi adalah bakteria uria asimtomatik dan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Prevalensi ISK adalah 35,6% (perempuan 42,1%, pria 27,7%) dari populasi lansia yang datang ke RSCM (untuk rawat inap dan rawat jalan).
Faktor yang ikut berperan pada ISK adalah penggunaan kateter dan peningkatan residu urin. Faktor yang secara spesifik berperan adalah hipertrofi prostat pada pria dan meningkatnya pH vagina dan pengosongan kandungan kemih yang tidak sempurna.
Inkontinensia urin (ngompol) dan delirium (mata gelap) terkadang menjadi keluhan pasien ISK, walau tanpa demam. Pada pasien rawat jalan, lansia yang diduga mengalami ISK harus dilakukan pemeriksaan untuk mengonfirmasi adanya bakteri di urin. Selain tes penyaring dengan urinalis, kultur urin merupakan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada semua pasien yang diduga menderita ISKuntuk menentukan jenis mkroorganisme penyebab pada pasien lansia yang memerlukan perawatan di RS, kultur darah juga harus dilakukan.
Inkontinensia urin (ngompol) dan delirium (mata gelap) terkadang menjadi keluhan pasien ISK, walau tanpa demam. Pada pasien rawat jalan, lansia yang diduga mengalami ISK harus dilakukan pemeriksaan untuk mengonfirmasi adanya bakteri di urin. Selain tes penyaring dengan urinalis, kultur urin merupakan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada semua pasien yang diduga menderita ISKuntuk menentukan jenis mkroorganisme penyebab pada pasien lansia yang memerlukan perawatan di RS, kultur darah juga harus dilakukan.
Pasien yang terinfeksi secara komplikasi (saluran kemih bagian atas,berulang atau terkait kateter) perlu menjalani tes fungsi ginjalnya. Juga evaluasi terhadap saluran kemih dan fungsi kandung kemih. Untuk diagnosis yang optimal, pasien perlu mendapat antibiotik yang sesuai dan lamanya terapi yang memadai.spesimen urin untuk kultur harus diambil sebelum terapi dimulai.
Pemilihan antibiotik untuk pengobatan ISK pada lansia sama dengan dewasa muda. Terapi empirik yang direkomendasikan pada pasien ISK rawat jalan adalah dengan trimetoprim sulfameyoksazol. Alternatif lain yang dianjurkan, yang intoleransi terhadap trimetoprimsul fametoksazol atau yang gagal dengan terapi tersebut, adalah fluorokuinolon oral.
Lama terapi sekitar 7 hari. Pada kasus yang komplikasi dapat dilanjutkan sampai 14 hari. Pada laki-laki lansia terapi antibiotika yang dianjurkan adalah 14 hari. Pemeriksaan kultur urin ulang, harus dilakukan lagi 7-10 hari setelah terapi selesai.
ISK pada lansia dapat dicegah dengan memodifikasi faktor resiko dan faktor predisposisi terjadinya ISK. Terapi terhadap kelainan anatomis, baik di saluran kemih (mulai dari ginjal- uretra) serta hipertropi prostrat pada pria, harus dilakukan untuk mencegah kolonisasi kuman di saluran kemih.pasien yang suka ngobrol sedapat mungkin menghindari pemakaian kateter jangka panjang. Apabila harus menggunakan , usahakan agar kebersihannya terjaga.
Sumber: Majalah OTC Digest
0 komentar:
Posting Komentar