Ketika berada di atas tubuh pasangan, Anda harus berhati-hati untuk tidak “menumpahkan” berat badan sepenuhnya. Menutupi akses pasangan untuk bernapas atau menghambat laju aksinya tentu membunuh kesenangan momen pergumulan.
Mencapai klimaks terlalu cepat atau terlalu lambat
Ini terutama dilakukan oleh pria. Para pria, Anda perlu mengendalikan otot-otot dengan baik untuk memastikan bahwa Anda ejakulasi dalam waktu yang tepat. Jika terlalu cepat, Anda bisa meninggalkan ketidakpuasan pada pasangan, tapi terlalu lamban pun meninggalkan kesan Anda tak kuat mencapai klimaks.
Untuk menghindari hal ini, sediakan banyak waktu untuk foreplay (berlaku pada pria dan wanita). Jika Anda butuh waktu lama dan hanya bisa ejakulasi melalui rangsangan manual, lebih baik pasangan orgasme lebih dulu, untuk kemudian ia bisa “melayani” Anda.
Kemudian, kalau Anda ingin quickie sex, pastikan pasangan tahu keinginan Anda. Jangan sampai ekspektasinya terlalu tinggi untuk menikmati percintaan panjang, padahal Anda ingin segera mengakhirinya.
Tidak memberitahu saat ingin mencapai klimaks
Kalau Anda ingin mengakhiri pergumulan, katakan pada pasangan dengan kalimat sederhana, misalnya “Aku siap.” Agar tak kecewa, pasangan harus tahu.
Terlalu diam
Suara yang keluar saat bercinta menjadi salah satu penghargaan Anda terhadap pasangan, misal lewat erangan atau bahkan mengatakan sesuatu seperti, "Itu rasanya sangat menyenangkan". Hal tersebut pun memberi panduan mereka, akan meneruskan ataukah menghentikan aksinya dan mencari zona erangan Anda lainnya.
Aksi mekanis
Pasangan bukanlah mesin seks yang selalu panas setiap kali Anda memerlukannya. Ia adalah partner Anda untuk bersama-sama mencapai puncak kenikmatan.
Pastikan Anda mencampurkan kecepatan dan intensitas aksi yang dilancarkan, dari cepat ke lambat, dan sebaliknya. Jadilah pasangan kreatif Anda. Selanjutnya, Anda bisa menikmati variasi itu.
0 komentar:
Posting Komentar